Pesantren, asrama tempat orang – orang mengaji. Atau santri ( murid pesantren ) lebih sering menyebutnya penjara suci. Sebuah tempat yang kerap orang lihat sebagai asrama biasa, padahal dibalik tembok itu seorang santri punya sejuta perjuangan untuk tetap tinggal. Berbeda dengan sistem pendidikan formal, pesantren punya 1001 aturan berbeda. Entah dari adab menjadi seorang murid, adab menjadi seorang guru, adab seorang murid pada guru atau pun sebaliknya.
Terhitung sejak 2012, saya sendiri telah terjun ke dunia pesantren 4 tahun lamanya dengan selingan sekolah. Waktu yang singkat untuk mencapai ilmu – ilmu tauhid yang begitu rumit, dan sampai sekarang saya masih dikelas pendidikan pesantren yang rendah. Kalau kuliah mungkin sudah waktunya wisuda. Itulah mengapa orang – orang biasanya merasa berat ketika memasuki dunia pesantren. Menjadi seorang santri bukanlah hal yang mudah, sebagian orang bahkan berubah haluan ketika telah jatuh terlalu jauh pada pencarian ilmu Islam dan tasawufnya. Seorang youtuber sekaligus aktris bule, Sacha Stevenson, misalnya. Percaya atau tidak, dia dulunya adalah seorang santri salafi salah satu pesantren di Sumatera. Fiqih, tasawuf, dan tauhid tentu saja menjadi asupan sehari – hari baginya. Menurut ceritanya di youtube, Sacha dulu sangat menggilai Fiqih dan aturan pesantren yang bisa di bilang “hard core”, karena tentu saja dia merasa mempunyai tujuan hidup, yaitu mencari ridho Tuhan. Namun seiring waktu dia merasa terbebani dan merasa tak sebebas manusia lainnya. Sehingga dia memutuskan untuk berjalan mundur dan melepaskan diri dari ikatan kesantrian.
Saya pernah mendengar suatu cerita dari salah satu ustad saya. Dahulu kala ada seorang santri yang sedang mendengarkan kajian gurunya, ketika itu anak sang guru mendekatinya dan sang santri bermain – main dengan anak guru tersebut. Sekilas mungkin terlihat biasa, namun siapa sangka itu membuat sang santri tidak bisa sedikitpun mengamalkan ilmunya pada masyarakat, hanya karena bermain dengan anak sang guru dan suaranya sedikit mengganggu kajian yang berlangsung. Padahal Kiainya pun tak masalah, namun kuasa Sang Pemilik ilmulah yang tak meridhoinya. Dalam cerita lain ada seorang santri yang sangat menyayangi Kiainya, setiap hari baginya adalah pengabdian untuk Kiai. Membersihkan rumah, mempersiapkan makan, mempersiapkan mandi, bahkan sampai hal terkecil seperti mempersiapkan sandal yang akan dipakai Kiainya. Karena begitu banyak pekerjaannya sang santri punya lebih sedikit waktu untuk mengaji dibanding rekannya yang lain. Tapi karena keikhlasannya, dia lulus menjadi seorang ustad hebat. Jika masih penasaran dengan keunikan adab santri pada Kiainya saya sarankan untuk menonton film layar lebar Sang Kiai, disana digambarkan sikap santri yang baik sekaligus sejarah pesantren di jaman penjajahan. Pendidikan formal seperti sekolah mungkin tak akan mengenal hal – hal seperti ini.
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Apapun yang bersifat wajib selalu sulit karena kita mempunyai nafsu. Begitu beratnya menuntut ilmu dengan segala cobaan hidup seorang santri di balik jeruji penjara suci. Ini membuktikan bahwa santri adalah orang – orang yang kuat. Kekuatan dan kekeluargaan memang sudah mendarah daging pada jiwa seorang santri. Bagi saya sendiri, pesantren adalah tempat yang tepat untuk membatasi diri dari ruang duniawi. Jika kamu berpikir bahwa dunia itu luas, cobalah memasuki dunia pesantren, maka kamu akan tau apa arti luas yang sebenarnya. Saran saya, jika ingin memasuki dunia pesantren, persiapkan mental dan hati, jangan aneh pada orang – orang yang tak hentinya menangis saat awal memasuki dunia pesantren, karena pada dasarnya ketika kamu memilih melangkahkan kaki ke pesantren itu artinya kamu siap dengan segala resiko terpenjara baik dalam hal fisik maupun mental.
Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban. Apapun yang bersifat wajib selalu sulit karena kita mempunyai nafsu. Begitu beratnya menuntut ilmu dengan segala cobaan hidup seorang santri di balik jeruji penjara suci. Ini membuktikan bahwa santri adalah orang – orang yang kuat. Kekuatan dan kekeluargaan memang sudah mendarah daging pada jiwa seorang santri. Bagi saya sendiri, pesantren adalah tempat yang tepat untuk membatasi diri dari ruang duniawi. Jika kamu berpikir bahwa dunia itu luas, cobalah memasuki dunia pesantren, maka kamu akan tau apa arti luas yang sebenarnya. Saran saya, jika ingin memasuki dunia pesantren, persiapkan mental dan hati, jangan aneh pada orang – orang yang tak hentinya menangis saat awal memasuki dunia pesantren, karena pada dasarnya ketika kamu memilih melangkahkan kaki ke pesantren itu artinya kamu siap dengan segala resiko terpenjara baik dalam hal fisik maupun mental.
0 komentar