My Family My Adventure

By Butiran Debu - Mei 23, 2019

     
Tepat di tanggal 2 september 2017 di hari ulang tahunku dua tahun silam, sweet seventeen katanya. “siapa yang ulang tauuun...” sorak seorang lelaki yang masih bertubuh tegap dan kuat di umurnya yang sudah memasuki usia setengah abad. Ia biasa ku panggil dengan sebutan “apak”, ya dia adalah ayah ku. aku yang sudah mengetahui niatnya untuk menggoda ku hanya bisa menahan senyum dan pura pura tidak mendengarnya. “yuk jalan jalan yuuuk mumpung libur nih, mumpung dompet nya masi tebel, abisin ajalah isinya ngeganjel kalau buat duduk gaenak” sombongnya. Ku beri tau satu hal, tapi jangan sampai ia tau kalau aku yang membocorkannya pada kalian yaa. Walau ia memiliki rambut gondrong dan tubuh kekar berotot, tapi ayahku itu tidak seseram dan segarang penampilannya, ia sangat ramah dan juga humoris. Biasanya ku juluki ia “MUKA PREMAN HATI HELLO KITTY” dan ia akan menangkap ku dan menggosok gosokan jenggotnya yang tajam pada sekitar leher dan pundaku. Haha dia memang sangat manis dan menyebalkan, berbanding terbalik dengan ibuku yang bisa dibilang sedikit galak dan cerewet. Tapi aku tetap menyanyangi keduanya, sangat.

Singkat cerita, kami memutuskan untuk mengunjungi salah satu objek wisata alam yang berada di perbatasan Bandung – Subang. Tepatnya di Jl. Raya tangkuban parahu, cidadas, sagalaherang yaitu Wisata Kawah Tangkuban Perahu. Apak menyupir, ibu dan nandi adik bungsuku duduk di kursi depan di sebelah apak. Aku, mbak ria kakak perempuanku dan gaga keponakan ku yang bulat dan menggemaskan berumur 2 tahun duduk di baris kedua, om jodi suami dari kakaku sekaligus kaka ipar ku dan nando adik sulungku duduk di baris ketiga yaitu baris terakhir di mobilku. Perjalanan yang menghabiskan waktu selama dua jam lamanya itu terasa begitu singkat dan damai karna aku yang hanyut pada pesona setiap kelok yang mamanjakan mata dan hamparan hijau sejauh mata memandang. 


Tak terasa kami sudah tiba di tempat tujuan, sebelum mamasuki area wisata kami membayar tiket masuk sebesar 36 ribu/mobil dan 31 ribu untuk pengunjung nusantara, sehingga total pembayaran sebesar 67 ribu. Tarif tiket tersebut berlaku saat hari libur atau weekend. Akhirnya, setelah apak berhasil memarkirkan mobil di tempat parkir yang begitu padat dan bejubel, tanpa menunggu lama lagi dengan tak sabar aku turun dari mobil, dan begitu terperangah karena indahnya pemandangan dari kawah yang di padukan dengan deretan bebatuan berwarna gelap yang menghiasi area sekitar kawah.



Asap putih yang mengepul tinggi ke awan menandakan masih aktifnya kawah tangkuban perahu tersebut, bau belerang pun mulai tercium saat kami mulai mendekat ke arah pagar pembatas setinggi pinggang orang dewasa yang terbuat dari segelontor batang pohon yang diukir dengan begitu indah, banyak pula koboi dan kuda nya yang berkeliling menjajakan jasa kepada para pengunjung yang mungkin ingin merasakan sensasi berkeliling menaiki kuda. Angin berhembus kencang menerpa wajah kami, “Ih dingin...” ujar nandi adik bungsuku yang baru duduk di kelas dua sekolah dasar, aku tertawa dan mencubit pipinya lalu menggandeng tangannya untuk segera berjalan mengikuti kedua orang tuaku yang telah berjalan lebih dulu menuju jalan turunan yang berujung pada tepian kawah yang hangat dan indah.


Kami sangat menikmati perjalanan selama menuju kawah, terdapat banyak gubuk gubuk di sepanjang jalan yang menjual berbagai pernak pernik bermotif etnik dan buah tangan seperti kalung, gelang, tas, pakaian, alas kaki, dan juga makanan makanan khas suku sunda seperti karedok dan lotek, dan tentu nya makanan instan kesukaan kita semua rakyat indonesia yaitu indomie pastinya hehe. Tak lupa kita pun berfoto dengan latar belakang pemandangan kawah dan barisan gunung yang seakan ingin turut serta mengabadikan momen indah di hari ulang tahunku. Aku pun mengabadikan beberapa foto pemandangan yang sayang sekali jika harus dilewatkan, apalagi dengan cuaca yang mendukung dan sejuk seperti sekarang ini, cakung kalo kata anak muda haha.



Tak terasa hari sudah mulai gelap, sang surya pun mulai hilang dan meninggalkan semburat orange di langit jingga. Ku tengok jam di layar ponsel ku, oh ternyata hampir pukul lima pantas saja sudah ada senja. Karena taman wisata ini di tutup pada pukul lima dan kami pun sudah lelah, jadi kami memutuskan untuk segera pulang sebelum di usir petugas keamanan haha. Tak lupa kami menyempatkan membeli buah tangan sebagai kenang – kenangan. Karena lelah dan mengantuk aku dan adik adiku pun tertidur selama perjalanan, hingga tak ku sadari saat aku terbangun kami sudah sampai di rumah, itupun karna aku merasa ada seseorang yang menggoncang dan mencubit pipiku hingga aku terbangun dari alam bawah sadar, jika tidak mungkin aku akan tetap tertidur semalaman di mobil haha aku ini memang “kebo”. Daaaan walaupun keluarga ku bukanlah tipe keluarga yang akan terang terangan bersikap manis dan dengan mudah menyampaikan kasih sayang nya dengan kata kata, tapi aku mengerti bahwa secara tidak langsung mereka turut bahagia atas bertambah nya usia ku dan mereka sangat menyayangiku. Begitupun denganku, aku pun sangat sangat menyayangi mereka melebihi apapun. They are everything.



Riananda Antonia Pratiwi

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar